Sabtu, Januari 30, 2010

PERALATAN TAMBANG TERBUKA

Jenis alat berat yang digunakan.
Misalnya :
1. Dump-truck
Pemuatan – Pengangkutan – Penumpahan – Kembali
2. Bull-dozer
Penancapan blade – penggusuran – Pengangkatan Blade – Memutar
3. Excavator
Penggalian – Ayun bermuatan – Penumpahan – Ayun kosong
4. Dragline
Pelemparan bucket – Pengerukan – Pengangkatan bucket – Ayun bermuatan –
Penumpahan – Ayun kosong

BULLDOZER
1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band)

- Pengukur waktu (Stop-watch)
- Kompas & GPS
- Tabel observasi
2. Data yang diamati
- Jarak gusur dan kondisi lapangan
- Jenis, sifat dan volume material yang digusur
- Waktu edar (CT)
- Dimensi blade
- Perpindahan transmisi












3. Prosedur Kerja

- Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat- baik.
- Ukur dimensi blade dari bulldozer
- Amati jenis material yang digusur
- Pada saat bulldozer bekerja amati waktu edar dalam tabel observasi.
- Sewaktu bulldozer selesai menggusur, ukur jarak berada dengan ujung tempat kerja bulldozer
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan layak / representatif
- Hitung produktifitas dan efisiensi alat
4. Perhitungan Produksi
- Produksi per-siklus q = L x H 2 x a
dimana :
q : Produksi per siklus (m3)
L : Lebar blade (m)
H : Tinggi blade (m)
a : Faktor blade
5. Waktu Edar
CT = FT + GCTR + RT + GCTF
dimana :
CT : Waktu edar (menit)
FT : Waktu mendorong / maju (menit)
GCTR : Waktu mengganti gigi mundur (menit)
RT : Waktu mundur (menit)
GCTF : Waktu mengganti gigi maju (menit)
6. Produksi per-jam CT
Q = q x 60 x E
dimana :
Q : Produksi per-jam (m3/jam)
q : Produksi per siklus (m3)
CT : Waktu edar (menit) 60 : Konversi jam -> menit
E : Efisiensi kerja

SHOVEL-DOZER DAN WHEEL LOADER
1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band)
- Pengukur waktu (Stop-watch)
- GPS
- Tabel Observasi
2. Data yang diamati
- Jenis, sifat dan kondisi material
- Jarak perpindahan / pengangkutan material
- Waktu edar (CT)
- Dimensi bucket
- Pergerakan alat














3. Prosedur Kerja

- Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik
- Ukur dimensi bucket atau lihat spesifikasi alat bila tidak ada modifikasi
- Amati jenis material yang dikerjakan dan medan kerjanya
- Pada saat wheel-loader bekerja amati waktu edar dan catat hasil pengamatan
- Pencatatan dilakukan saat pemuatan, pengangkutan, penumpahan, kembali.
- Saat pemuatan material, perhatikan faktor pengisian bucket
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak.
4. Perhitungan Produksi
- Produksi per-siklus
q= q x K 1
dimana :
q : Produksi per siklus (m3)
q :1
Kapasitas munjung (lihat spek. alat) (m3)
K : Faktor pengisian bucket
5. Waktu Edar (lihat ilustrasi)
- Pada pemuatan melintang
Pada pemuatan bentuk V
- Pada muat-angkut
dimana :
CT : Waktu edar (menit)
D : Jarak angkut (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Waktu mengganti gigi persnelling (menit)

EXCAVATOR
1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band)
- Pengukur waktu (Stop-watch)
- GPS
- Tabel Observasi
2. Data yang diamati
- Jenis, sifat dan kondisi material
- Jarak perpindahan / pengangkutan material
- Waktu edar (CT)
- Dimensi bucket
- Pergerakan alat














3. Prosedur Kerja

- Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik
- Ukur dimensi bucket atau lihat spesifikasi alat (bila tidak ada modifikasi)
- Amati jenis material yang dikerjakan
- Pada saat excavator bekerja amati waktu edar dan catat hasil pengamatan
- Pencatatan dilakukan saat penggalian, ayun bermuatan, penumpahan, ayun kosong, dst.
- Pada saat observasi waktu edar, perhatikan pula isi bucket (peres atau munjung)
- Buat perkiraan volumenya relatif terhadap volume bucket).
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak
- Hitung produktifitas dan efisiensi alat

DUMP-TRUCK
1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band / speedo-meter)
- Pengukur waktu (stop-watch)
- Kompas dan GPS
- Alat komunikasi (HT)
- Tabel Observasi
2. Data yang diamati
- Jenis, sifat dan kondisi material
- Jarak perpindahan / pengangkutan material
- Waktu edar (CT)
- Dimensi bucket yang mengisi material dan jumlah pengisian per bak
- Pergerakan alat











3. Prosedur Kerja

- Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik
- Pastikan anda telah mengetahui dimensi bucket yang bertugas mengisi material
- Amati jenis material yang dikerjakan
- Pada saat excavator mengisi material ke dalam bak dump-truck
- Amati jumlah pengisian bucket dan kondisi bucket (peres atau munjung).
- Amati pula lama waktu pengisian dan catat hasil pengamatan dalam tabel observasi.
- Pencatatan waktu dilakukan saat pengisian (loading time), pengangkutan (hauling time), manuver untuk penumpahan (spotting dumping time), penumpahan (dumping time), perjalanan kembali (return time), manuver untuk pengisian (spotting loading time), dst.
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak
- Hitung produktifitas dan efisiensi alat
- Agar data observasi ini dapat digunakan pula untuk mendapatkan sinkronisasi alat, usahakan awal pengamatan waktu edar dump-truck bersamaan dengan awal pengamatan waktu edar alat gali-muat.












ANALISA STRIPPING RATIO

A.Faktor Volume

Volume factor merupakan tahap awal dalam penentuan stripping ratio. Penampang litologi
pemboran menunjukkan formasi litologi yang ditembus dan ketebalan masing-masing
formasi litologi. Dari informasi tersebut, dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutup dan
batubara.

Untuk batubara dengan sistem perlapisan multiseam, dilakukan penjumlahan total
ketebalan untuk seluruh seam. Prosedur ini berlaku untuk seluruh lubang bor. Perbedaan
ketebalan dari tanah penutup dan batubara berpengaruh terhadap elevasi batas atas dan batas
bawah keduanya. Dalam kasus ini batasan antara batubara dan batubara diasumsikan jelas.

Perhitungan luas daerah tergantung dari metode perhitungan cadangan yang digunakan.
Setelah luas daerah diketahui, lalu dilakukan kalkulasi antara ketebalan rata-rata batubara
maupun tanah penutup pada daerah tersebut dengan luasan daerah, dan diperoleh volume
tanah penutup dan batubara pada daerah tersebut. Perhitungan volume dinyatakan dengan
persamaan berikut :
Volume = Average Thickness * Areas

B. Faktor Tonase
Pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan kapasitas produksi dilakukan atas
dasar berat dari bahan galian tersebut. Hal ini berlawanan dengan industri perancangan sipil
dimana pembayaran dilakukan atas dasar volume material yang dipindahkan. Konversi dari
volume ke berat harus dilakukan dalam kaitannya dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan
maupun untuk kegiatan pengolahan.

Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan
ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan volume ke satuan berat
dilakukan dengan bantuan suatu faktor tonase. Faktor tonase yang dimaksud adalah density.
Besar nilai density untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan
untuk density antara lain gram/cm^3, pound/feet^3 dan ton/meter^3.

Nilai density untuk tanah penutup (humus dan lempung) sebesar 2300 lb/yd^3 atau setara
dengan 1,365 ton/m^3 dan density batubara sebesar 1,3 ton/m^3. Berat/tonase tanah penutup
yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang diperoleh dengan mengalikan
volume keduanya dengan density masing-masing. Perhitungan tonase dinyatakan pada
persamaan berikut :
Tonase = Volume * Density

C.Nisbah Pengupasan
Salah satu cara menguraikan effisiensi geometri dari operasi penambangan berdasarkan
nisbah pengupasan. Nisbah pengupasan (stripping ratio) menunjukkan perbandingan antara
volume/tonase tanah penutup dengan volume/tonase batubara pada areal yang akan
ditambang. Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini
dapat dilihat pada persamaan berikut :
Stripping Ratio = Tanah Penutup (ton)/Batubara (ton)

Perbandingan antara tanah penutup dengan batubara juga dapat dinyatakan melalui
perbandingan volume, akan tetapi perbandingan ini hanya bisa diterapkan apabila density dari
kedua material sama.

D. Break Even Stripping Ratio (BESR)
Break Even Stripping Ratio adalah perbandingan antara biaya penggalian batubara dengan
biaya pengupasan tanah penutup (overburden) atau merupakan perbandingan biaya
penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka. Break Even Stripping Ratio ini
disebut juga overall stripping ratio, yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
BESR1 = A – B/C

Dimana :
A = Biaya penambangan bawah tanah per ton batubara
B = Biaya penambangan terbuka per ton batubara
C = Biaya pengupasan tanah penutup per ton

Untuk menganalisis kemungkinan metoda penambangan yang akan digunakan baik tambang
terbuka ataupun tambang bawah tanah, maka sangat penting mengetahui nilai BESR1. Dari
nilai BESR1 ini dapat diketahui berapa batasan endapan batubara terendah yang dapat
ditambang secara terbuka dan menguntungkan.

Setelah ditentukan bahwa akan digunakan metoda tambang terbuka, maka dalam rangka
pengembangan rencana penambangan digunakan BESR2 dengan rumusan sebagai berikut :
BESR 2= D-E/C

Dimana :
D = Nilai recovery per ton batubara
E = Biaya produksi per ton batubara
C = Biaya pengupasan tanah penutup per ton

BESR2 ini disebut sebagai economic stripping ratio yang artinya berapa besar keuntungan
yang dapat diperoleh bila endapan batubara tersebut ditambang secara tambang terbuka. Pada
dasarnya, jika terjadi kenaikan harga batubara di pasaran, maka akan dapat mengakibatkan
perluasan tambang sehingga cadangan akan bertambah, sebaliknya jika harga batubara turun,
maka jumlah cadangan akan berkurang.